4.9.10

Workshop Wayang Beber Kota

Judul: “Antara Osaka dan Jakarta”

Artis: Dani Iswardana Wibowo

Subjudul: Impresi sang seniman atas progresivitas kota Jakarta dan Osaka dalam gambar wayang yang dibeberkan, sebagai kota-kota besar yang pernah dikunjunginya.

Waktu: 27-28 September 2010, mulai pk. 3 sore [15.00 WIB] - selesai

Venue: NEWSEUM CAFE Jl. Veteran 1 no. 32, Jakarta/indoor [opening & closing] & outdoor [seputar Monas, pasar dsb.]

Tema: Kebisingan Kota

Durasi: 2 hari

Kegiatan:
1. Hari ke-1
• Introduksi sang seniman
• Tentang wayang beber [antara tradisi & masa kini]
• Wayang beber kota [tayangan / screening]
• Demonstrasi peserta melukis wayang beber

2. Hari ke-2
• Demonstrasi pembuatan wayang beber oleh senimannya
• Teori-teori / Tehnik-tehnik / Aplikasi
• Demonstrasi peserta melukis wayang beber

Sasaran: Umum [anak-anak, remaja & dewasa]

Tujuan:
• Menjalin persahabatan antara Indonesia dan Jepang;
• Mengangkat seni tradisi ke dalam lingkup masa kini, budaya desa menuju kota, melalui impresi sang seniman selama perjalanannya di Jakarta hingga ke Osaka dan kota-kota lainnya di Jepang;
• Mengembangkan wacana dan interpretasi kehidupan kota sekaligus media introspektif bagi perkembangan budaya kota sebagai wahana berkehidupan di era kemajuan peradaban.

Uraian:
Ketika Jepang selama beberapa dekade terakhir ini dibanjiri oleh gelombang pecinta produk manga, Indonesia pun tak ketinggalan turut ambil bagian dalam dunia yang mewabah ini. Anak-anak mana pun pasti tak merasa asing sama sekali bila dihadapkan dengan komik manga. Manga menjadi sesuatu yang menarik karena merupakan produk dari masyarakat kota. Kehidupan kota menjadi kehidupan yang sangat nyata bagi mereka untuk menjadikannya sebagai dunia imajinasi yang tak berbatas dengan beribu bahkan jutaan macam kemungkinan yang bisa terjadi. Semuanya itu tercover dengan sangat menarik. Meski pun cerita-cerita yang dihadirkan merupakan perkawinan antara cara berpikir tradisional dan kekinian, misalnya dengan keberadaan tokoh-tokohnya yang memiliki kesaktian dan kemampuan yang sangat ajaib yang diilhami oleh keberadaan para dewa-dewi dalam cerita-cerita tradisi Jepang.
Demikian pula halnya ketika kehadiran wayang beber kota menjadi ulasan terbaru di masa kini. Wayang beber yang kehadirannya diperkirakan lahir menurut Kitab Centini ketika Jayabaya, raja Kediri [Mamenang, abad ke-10] di Jawa Timur, menorehkan gambar para leluhur dan dewa-dewi yang ia lihat dari relief-relief di candi ke atas daun lontar dan kemudian menggulungnya serta membeberkannya kembali untuk diperlihatkan di istana, menjadi sebuah acuan baru di masa kini. Wayang beber tertua masih ditemukan di kawasan Wonosari, Yogyakarta dan Pacitan, Jawa Timur. Keberadaan wayang beber inilah yang menggerakkan Dani Iswardana untuk mempelajarinya lebih lanjut. Berbagai upaya yang dilakukannya tak hanya mempelajari sejarah dan tehniknya dari institusi formal di ISI Solo namun juga langsung berguru kepada para ahlinya dalam menggurat wayang. Kisah terkenal dalam wayang beber adalah kisah nyata asmara Raden Panji Asmarabangun atau Inu Kertapati, seorang putra dari kerajaan Jenggala dengan Galuh Candra Kirana, seorang putri dari kerajaan Kediri yang menyamar menjadi Raden Panji Semirang, yang dikenal dengan Wayang Panji. Namun sehubungan dengan keberadaan Dani Iswardana di masa kini, lingkup kehidupan kota menjadi bagian yang tak terpisahkan darinya. Kehidupan kota dan ‘kekinian’ menjadi hal-hal yang menarik untuk dituangkan melalui goresan kuasnya ke atas wayang beber.
Terlebih ketika Dani mendapatkan kesempatan berkunjung ke kota Osaka [ibukota Dai Nippon di masa pemerintahan Naniwa, abad 7-8] dan memberikan workshop wayang beber di kawasan Prefektur Shimane [terkenal dengan kuil Shinto tertua Kizuki Taisha yang sejak 1871 disebut Izumo Taisha atau Izumo Ōyashiro]. Ada banyak hal dan rithme kehidupan antara masyarakat desa, kota kecil dan kota besar di Jepang, seperti demikian halnya di negaranya sendiri.
Upaya Dani dalam mengangkat tradisi bentuk lukisan wayang beber menjadi wayang beber kota ini menjadi hal yang menarik perhatian berbagai kalangan, terlebih-lebih isyu masyarakat urban yang semakin menjadi trend di berbagai kota-kota besar di mana pun di dunia ini, tak terkecuali Jepang mau pun Indonesia. Maka, wayang beber kota menjadi semakin menarik untuk ditelaah dan dikembangkan lebih lanjut karena selalu menjadi upaya mediasi di setiap jamannya dalam menggambarkan situasi sosial dan budaya yang terjadi di masanya masing-masing. Seperti halnya lukisan gulung emakimono dalam Festival Tanabata yang merupakan salah satu tradisi kuno Jepang yang populer. Festival yang selalu digelar setiap tanggal 7 bulan 7 ini biasanya dimulai dengan pembacaan dongeng dari emakimono, berkisah tentang Puteri Orihime yang menikah dengan Pangeran Kengyu dari kerajaan langit dan hanya boleh bertemu setiap tanggal 7 bulan 7 menurut penanggalan Jepang. Emakimono adalah sebuah lukisan yang dibuat dengan menggabungkan beberapa gambar untuk dijadikan satu jalinan cerita.
Secara harfiah, emakimono dapat diartikan sebagai gambar gulung. Bentuk seni lukis tradisional Jepang ini telah dimulai sejak abad ke-8. Dari naskah-naskah kuno semacam itu di Jepang bisa diperoleh informasi tentang keadaan istana, acara dan upacara resmi yang diadakan di istana, serta kehidupan sehari-hari para istri kaisar yang bekerja dan hidup di sana. Salah satu karya sastra yang utama dari zaman Heian adalah Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu, Buku Bantal oleh Sei Shōnagon, dan buku sejarah Hikayat Eiga. Walaupun beberapa di antaranya adalah imajinasi pelukisnya, lukisan-lukisan di emakimono menggambarkan peristiwa yang terjadi di istana. Lukisan gulung Genji Monogatari Emaki dari sekitar tahun 1130 mungkin merupakan salah satu lukisan yang paling menggambarkan keadaan Istana Heian*) pada masa itu.
Hal ikhwal ini hampir sama dengan keberadaan wayang beber di masa awalnya dan perkembangannya kemudian. Wayang beber disempurnakan oleh Raden Sungging Prabangkara di masa pemerintahan kerajaan Brawijaya terakhir. Wayang beber menjadi semakin semarak di jaman kerajaan Majapahit. Kisah para dewa-dewi dan roh leluhur kemudian pun berganti dari kisah wayang purwa menjadi kisah cinta legendaris Wayang Panji, hingga menerbitkan bait-bait puisi yang menjadi tembang “Smaradhana”yang sangat terkenal hingga kini. Dan kini, wayang beber berkembang dari cerita-cerita fiktif ke bentuk realisme baru yang lebih bercerita tentang hal-hal aktual dan faktual sebagaimana goresan kuas dan pikiran sang senimannya antara lain Dani Iswardana Wibowo dengan karya-karya Wayang Beber Kota-nya.
*) Wikipedia 03:51, 19 April 2010 

[Atieq SS Listyowati]

Peserta Workshop / Info Registrasi / Pendaftaran

Terbuka untuk umum & terbatas.

Peserta tidak dibatasi oleh umur, diutamakan yang telah memiliki kemampuan menggambar atau pun melukis.

Tanda masuk : Rp 30.000,- per hari   [kontak : 02191872599 atau 085217292179]

Mohon para peserta workshop mempersiapkan sendiri material/ bahan-bahan workshop a.l.: kertas gambar A3, pensil, spidol, pastel, cat air, acrylic atau apa saja serta alas duduk untuk sessi workshop outdoor.

Bagi peminat bisa langsung posting komentar atau menjadi follower blog ini.

Terimakasih